
Bila kamu mendengar nama buah ini, pastinya kamu pasti teringat dengan nama sebuah kerajaan di Indonesia, yakni Kerajaan Majapahit. Buah inilah yang menginspirasi Raden Wijaya (Raja Pertama Majapahit) untuk memberi nama kerajaannya dengan nama Majapahit. Akan tetapi, apakah buah maja ini memang benar - benar pahit rasanya seperti yang kita dengar selama ini?
Maja (Aegle marmelos (L.) Correa, suku jeruk-jerukan atau Rutaceae) adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tahan lingkungan keras tetapi mudah luruh daunnya dan berasal dari daerah Asia tropika dan subtropika. Tanaman ini biasanya dibudidayakan di pekarangan tanpa perawatan dan dipanen buahnya. Maja masih berkerabat dekat dengan kawista. Di Bali dikenal sebagai bila. Di Pulau Jawa, maja sering kali dipertukarkan dengan berenuk, meskipun keduanya adalah jenis yang berbeda.
Tanaman ini mampu tumbuh dalam kondisi lingkungan yang keras, seperti suhu yang ekstrem; misalnya dari 49°C pada musim kemarau hingga -7°C pada musim dingin di Punjab (India), pada ketinggian tempat mencapai +1.200m. Di Asia Tenggara, maja hanya dapat berbunga dan berbuah dengan baik jika ada musim kering yang kentara, dan tidak biasa dijumpai pada elevasi di atas 500 m. Maja mampu beradaptasi di lahan berawa, di tanah kering, dan toleran terhadap tanah yang agak basa (salin).
Warna kulit luar buah maja berwarna hijau tetapi isinya berwarna kuning atau jingga. Aroma buahnya harum dan cairannya manis, bertentangan dengan anggapan orang bahwa rasa buah maja adalah pahit. Sebagaimana jeruk, buah maja dapat diolah menjadi serbat, selai, sirop, atau nektar. Kulitnya dibuat marmalade.
Nah, sekarang baru tahu kan? bahwasannya buah maja itu rasanya sama sekali tidak pahit, bahkan rasanya manis. Mungkin saja buah maja yang menginspirasi Raden Wijaya adalah buah maja yang masih mentah, makanya rasanya pahit. Karena itulah kerajannya dinamakan "Majapahit" bukannya "Majamanis".
Sumber : wikipedia.org dengan beberapa penyesuaian.
0 comments:
Posting Komentar